SURYA, 11 September 2004
Agus Purwanto*)
“Mahasuci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada malam hari dari masjid al-
Haram ke masjid al-Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya untuk Kami perlihatkan tanda-
tanda Kami ....” (QS al-Isra’:1)
Al-Qur’an menyatakan bahwa tidak satu pun ciptaan serta kejadian di alam
semesta ini yang kebetulan dan sia-sia. Para pemikir seperti Aristoteles dan
Einstein pun menyatakan bahwa alam semesta bertindak sesuai tujuan
tertentu. Bila demikian, apa yang hendak Dia perlihatkan melalui isra’ dan
mi’raj? Artikel ini membahas aspek fisika dari peristiwa malam 27 Rajab satu
tahun sebelum nabi saw hijrah.
Dimensi Ekstra
Teori relativitas khusus (TRK) menyatakan bila orang bergerak dengan laju
tinggi maka dia akan mengalami pemuluran (dilasi) waktu. Artinya, satu
menit bagi orang yang bergerak bisa jadi lima menit bagi orang lain yang
diam. Sebagian orang mencoba menjelaskan isra’ mi’raj dengan TRK dan
didukung QS al-Ma’arij: 3-4. Ayat ini mengisyaratkan pemuluran waktu, yakni
satu hari perjalanan malaikat dan ruh setara dengan 50 ribu tahun. Ini
berarti kecepatan malaikat dan ruh sama dengan kecepatan cahaya.
Implikasinya, bukan saja malaikat yang tersusun dari nur (cahaya)
melainkan juga ruh. Karena menurut prinsip TRK, hanya materi tak
bermassa yang bisa bergerak dengan laju cahaya dan materi tersebut hanya
foton yang tidak lain adalah gelombang medan elektromagnetik. Penafsiran
ini pada gilirannya menuntun pada kesimpulan bahwa isra’ dan mi’raj nabi
saw hanya sebatas ruhnya.
Bila dikaitkan dengan kosmologi modern penjelasan ala TRK menjadi tidak
memadai. Menurut model jagat raya berkembang, baik jagat raya tertutup,
terbuka maupun datar mi’raj nabi saw semalam hanya akan sampai di ruang
angkasa yang material. Nabi saw tidak pernah sampai di ruang spiritual
tempat sidratul muntaha.
Alternatifnya, isra’ mi’raj difahami dengan konsep dimensi ekstra. Dalam
ilustrasi dua dimensi ruang tertutup mengembang diberikan oleh permukaan
balon dengan tempelan potongan-potongan kecil kertas. Permukaan balon
adalah jagat raya secara keseluruhan, potongan kertas menyatakan galaksi
sedangkan permukaan balon tanpa tempelan adalah ruang antar galaksi. Bila
ditiup balon akan mengembang dan kertas-kertas akan berjauhan. Artinya,
alam semesta berkembang dan galaksi-galaksi saling menjauh.
Dalam sudut pandang ruang tiga dimensional, terdapat ruang di dalam dan
di luar permukaan bola. Dari sisi jagat raya dua dimensional ruang di dalam
dan di luar permukan dapat dipandang sebagai dimensi ekstra dari jagat raya
tertutup dua dimensi. Dalam perspektif ini bisa dikatakan bahwa langit
adalah ruang selain permukaan bola. Dan mi’raj adalah keluar dari langit
material dan masuk langit atau ruang immaterial. Lebih spesifiknya, nabi saw
keluar dari permukaan bola tiga dimensi (hypersphere) menuju dimensi lebih
tinggi dimana Sidratul Muntaha berada.
Dimensi ekstra dikenal baik di fisika. Keberhasilan memadukan gaya
elektromagnetik dengan gaya lemah dalam teori elektrolemah menuntun
pada teori kemanungalan agung (Grand Unified Theory, GUT). GUT klasik
belum sepenuhnya berhasil merealisasikan impian kemanunggalan gaya
elektromagnetik, lemah dan kuat. Impian tersebut baru dipenuhi oleh GUT
supersimetrik dengan konsep superruang delapan dimensinya. Empat dimensi
ruang-waktu kita dan empat lainnya adalah dimensi Grassmannian tempat
pasangan super setiap ciptaan berada.
Tetapi GUT supersimetrik masih menyisakan masalah hirarki konstanta
kopling gaya-gaya. Tahun 1998 Arkani Hamed dkk menggagas unseen atau
extra dimension dan berhasil mengatasi masalah tersebut. Di dalam konsep
dimensi ekstra ruang-waktu empat dimensi tempat kita tinggal digambarkan
sebagai garis lurus pada permukaan tabung silinder. Sedangkan keseluruhan
permukaan lainnya merepresentasikan dimensi yang lebih tinggi. Partikel
pasangan super yang berada di dimensi Grassmannian atau bulk particle di
dalam dimensi ekstra versi Arkani Hamed bisa berinteraksi dengan partikel
di ruang kita pada tingkat energi tertentu.
Dimensi ekstra ini juga diisyaratkan oleh QS al-Naml 38-40 dalam kisah
pemindahan singgasana ratu Bulqis ke istana nabi Sulaiman dalam
sekedipan mata. Dimensi ekstra juga diisyaratkan oleh hadis-hadis yang
menyatakan bahwa majelis-majelis ta’lim dikelilingi oleh para malaikat yang
ikut berdzikir dan mendo’akan peserta ta’lim. Jin dan malaikat ada di sekitar
kita tetapi kita tak pernah bertabrakan dengan mereka. Mereka hidup di
ruang dengan dimensi yang lebih tinggi tetapi kita bisa berinteraksi dengan
jin di ruang manusia.
Teleportasi Kuantum
Sekelompok penjelajah pemberani memasuki kamar khusus; pulsa cahaya,
dengung efek bunyi dan para hero menghilang dan tak lama kemudian
muncul kembali di permukaan planet nun jauh. Itulah impian dari teleportasi
yakni kemampuan melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain
tanpa harus melewati lintasan panjang yang membosankan, tanpa kendaraan
fisik dan setumpuk ransum.
Teleportasi kuantum mengeksploitasi prinsip dasar dari mekanika kuantum.
Ahli fisika teori sejak awal menyatakan bahwa fisika kuantum membawa
pada banyak fenomena yang tampak tak masuk akal sekalipun. Sebenarnya
mekanika kuantum secara prinsip tidak memungkinkan proses teleportasi.
Kaidah ketidakpastian Heisenberg tidak memungkinkan kita mengetahui secara
tepat posisi dan momentum suatu obyek pada waktu yang bersamaan.
Akibatnya, tidak mungkin men-scan secara sempurna suatu obyek yang akan
diteleportasikan. Scanning akan senantiasa memberikan error atas lokasi dan
kecepatan elektron dan atom suatu obyek.
Satu dasa warsa lalu, fisikawan C.H.Bennet dari IBM, G.Brassard, C.Crepeau
dan R. Josza dari Universitas Montreal, dan A.Peres dari Institut Teknologi
Technion Israel menemukan cara memanfaatkan kuantum untuk teleportasi.
Dan teleportasi kuantum telah menjadi kenyataan laboratorium bagi foton,
partikel individual dari cahaya. Meskipun demikian teleportasi dari benda
skala makro masih berupa fantasi. Barangkali kita pun bisa berspekulasi
bahwa Isra’ Mi’raj adalah teleportasi kuantum dalam skala makro!
Islamisasi Sains
Sains modern telah memberi kemajuan material yang luar biasa tetapi juga
membawa manusia pada keterasingan (alienasi) dan kehampaan spiritual.
Sains telah melakukan klaim-klaim di luar wewenangnya serta meneguhkan
pandangan dunia mekanik yang mengesampingkan peran Tuhan di dalam
kehidupan dunia ini. Akibat keterasingan dan berbagai krisis orang
merindukan sains alternatif yang dibangun dengan paradigma baru. Sains
dengan tataran ontologis, aksiologis, maupun epistemologis yang lebih
komprehensif. Sains holistik yang tidak mengabaikan peran wahyu dalam
tataran epistemologisnya.
Terkait dengan kerinduan tersebut, pendekatan sains-wahyu mestinya dibalik
menjadi wahyu-sains. Penafsiran isra’ mi’raj di atas adalah contoh alur pikiran
sains-wahyu, hasil sains dicari dan disesuaikan untuk mendukung nash kitab
suci. Pola yang mestinya kita kembangkan adalah pola wahyu-sains. Wahyu
dan tradisi dijadikan sebagai pijakan untuk membangun sains.
Dunia sufi mengenal nama Husain ibnu Mansur al-Hallaj (858-922M). Ajaran
al-Hallaj yang cukup populer adalah Haqiqot al-Muhammadiyah yang intinya
menyatakan bahwa awal mula dari segala penciptaan adalah Nur-Muhammad.
Muhammad saw terjadi dalam dua rupa yaitu rupa yang qodim (terdahulu)
dan baharu. Dari rupa yang qodim yaitu Nur-Muhammad diciptakan segala
sesuatu termasuk empat anasir api, udara, tanah dan air. Nur-Muhammad
adalah pusat kesatuan alam, pusat nubuwwah semua nabi serta sumber
pancaran ilmu dan hikmah serta meliputi seluruh ciptaan. Rupanya yang
baharu adalah rupanya sebagai manusia nabi dan rasul yang diutus Tuhan
dan merupakan bagian kecil dari pancaran Nur-Muhammad sendiri.
Ide ciptaan al-Hallaj sejalan dengan penciptaan jagat raya versi The Big Bang.
Dalam skenario Big Bang yang semula ada adalah superbola api yang
supermampat dan superpanas. Bola api ini meledak secara dahsyat dan
terhamparlah ruang dan waktu, gaya-gaya, partikel-partikel, inti atom, atom,
molekul, bintang dan galaksi serta kehidupan. Sisa radiasi saat ledakan besar
yang disebut Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR) terdeteksi oleh
astronom A.Penzias dan R.Wilson. Nur-Muhammad setara dengan super bola
api, bunyi ledakan besar Big Bang dengan firman Tuhan KUN (Jadilah), dan
Nur-Muhammad yang meliputi seluruh alam ciptaan dengan CMBR.
Di dunia kalam juga terdapat hal serupa. Jauh sebelum atomisme kuantum
lahir dunia islam telah mempunyai atomisme Asy’ariyah yang unik. Atom
sebagai al-juz alladzi laayatajazza, bagian atau eksistensi yang tak bisa dibagi
lagi merupakan penyusun dunia. Atom merupakan lokus yang memberi
substansi pada aksiden.
Atomisme Asy’ariyah mempunyai tiga karakteristik. Pertama, atom tidak
mempunyai ukuran dan homogen tetapi terpadu membentuk benda yang
mempunyai entitas. Kedua, jumlah atom tertentu dan berhingga. Asy’ariyah,
berdasarkan QS al-Jin:28 menolak ketakberhinggaan mazhab atomis Yunani.
Ketiga, atom-atom dapat musnah dan lenyap secara fitrah, tidak bisa
bertahan selama dua saat berturut-turut, namun secara terus menerus Tuhan
menciptakan dan memusnahkannya. Al-Asy’ariyah bersandar pada teks kitab
suci seperti QS ar-Rum: 11.
Gagasan dasar atomisme Asyariyah sangat dekat dengan atomisme kuantum.
Di dalam kuantum, partikel adalah medan yang terpaket, memiliki
karakteristik partikel sekaligus gelombang dengan wujud konkrit sebagai
paket gelombang. Maka ia tidak memiliki dimensi sebagaimana materi
menurut pemahaman klasik. Selanjutnya, di dalam medan kuantum dikenal
adanya kreasi dan pemusnahan partikel. Secara alamiah partikel bisa
tercipta dan musnah.
Isra’ miraj dan dua contoh di depan mestinya dapat memicu ilmuwan muslim
dan melakukan reorientasi dalam aktivitas ilmiahnya. Mereka perlu kembali
mempertemukan ayat-ayat kitab suci dan ayat-ayat kauniyah. Persoalannya
kini, tradisi ilmiah di kalangan umat islam masih lemah. Kita masih
kekurangan ilmuwan muslim khususnya bidang eksakta, terlebih lagi yang
berreputasi internasional.
*) Pekerja LaFTiFA (Lab Fisika Teori dan Filsafat Alam) ITS, mantan Vice-
President of Saijou-Hiroshima Moslem Association.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
3 komentar:
ini forum diskusi bukan ...........?????????
teleportasi makro pernah di lakukan oleh demian aditya dg sulapnya. bisa menekuk logam dengan sentuhan halus. kalau dengan mekanika klasik hal ini menjadi mustahil. mungkin bisa menjadi kegiatan ekstra mhs fisika teori.
lab kami, LaFTiFA, memperluas lahan kajian ke wilayah yang lebih membumi seperti quantum computer termasuk di dalamnya quantum teleportation, dan quantum heat engine. selain itu ada kajian yang wajib yaitu filsafat, sedangkan bagi yang muslim ada kelas nahwu-sharaf HIKARI
Posting Komentar