Jumat, 23 Agustus 2013

Trensains: Pesantren Alternatif Muhammadiyah

(Menyongsong Musyawarah Ittihadul Ma’ahid al-Muhammadiyah 14-16 September 2012 di Kaliurang)

Agus Purwanto*)

Suara Muhammadiyah, no 18, tahun ke-97, September 2012

Butir amanat muktamar Muhammadiyah ke-45 (2005) di bidang pendidikan, iptek dan litbang menyebutkan:”Membangun kekuatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam sehingga menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat nasional atau regional”. (Tanfidz KeputusanMuktamar Muhamadiyah ke-45 di Malang, 2005:61).
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang dikenal dengan trademark pendidikan. Ribuan sekolah sejak PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah berdiri dari Sabang sampai Merauke. Bukan hanya itu, di setiap kota yang ada sekolah Muhammadiyahnya hampir selalu ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang menjadi terbaik atau favorit. Muhammadiyah pun terus berupaya meningkatkan kualitas terlebih di tengah perubahan yang sangat cepat.
Muhammadiyah dan Pesantren
Amanat muktamar di depan adalah wujud dari sikap antisipatif Muhammadiyah terhadap dinamika perubahan masyarakat. Bagaimanapun kemajuan modernitas bagai mata uang dengan dua sisi, yakni sisi kemajuan material dan sisi degradasi moral. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sedemikian pesat, tetapi pada saat yang sama liberalnya pergaulan membuat para orang tua mencemaskan keadaan putra-putrinya. Di tengah situasi seperti ini sekolah berasrama (boarding school) mulai dilirik masyarakat.
Pondok pesantren atau pesantren saja adalah lembaga pendidikan berasrama yang khas Indonesia dan mengkhususkan diri pada kajian Islam. Pesantren telah ada di Indonesia sejak ratusan tahun lalu sehingga lembaga pendidikan berasrama bukanlah hal baru. Motivasi awal kehadiran pesantren adalah kaderisasi ulama syariah. Memang, para ulama terkemuka di Indonesia lahir dari dunia pesantren.
Mengingat motivasi dan peran tersebut maka Muhammadiyah sebagai gerakan Islam meniscayakan kehadiran pesantren. Muallimin-muallimat Yogjakarta adalah pesantren andalan Muhammadiyah bagi kaderisasi ulama tersebut. Saat ini, sekretaris Itmam (Ittihadul Ma’ahid al-Muhammadiyah, Persatuan Pondok Pesantren Muhammadiyah) mencatat terdapat 102 pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah makin merasakan urgensi kehadiran pesantren sebagai lembaga kaderisasi ulama maupun sebagai tuntutan masyarakat. Meskipun demikian, tidak mudah bagi Muhammadiyah untuk mendirikan pesantren karena ciri khas dari pesantren yang berbeda dari lembaga pendidikan umum yang banyak didirikan oleh Muhammadiyah. Pertanyaannya, pesantren model apa yang khas dan dapat direalisasi Muhammadiyah.
Tahun 2009 pondok modern Muhammadiyah yakni Muhammadiyah Boarding School (MBS) berdiri di Klaten. Misi utama MBS adalah mempersiapkan para santri untuk mendalami ilmu syariah di timur tengah. Singkat kata, MBS membidani lahirnya ulama syariah. Meskipun demikian, MBS juga memberi jalan bagi para santri yang ingin melanjutkan studi pada bidang umum seperti kedokteran.
Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo dan pesantren Darul Ihsan Sragen juga berstatus pesantren modern tetapi berbeda dari MBS pada penekanan muatan ajar. Dua pesantren terakhir menekankan pada materi sekolah umum khususnya IPA dan masih terlibat dalam event olimpiade berbagai bidang ilmu. Tipe pesantren modern seperti MBS, Imam Syuhodo dan Darul Ihsan cuku banyak di masyarakat dan bukan t khas Muhammadiyah. Saat ini, ada tipe pesantren yang sedang ngetren tapi belum banyak di Muhammadiyah yaitu pesantren penghafal al-Quran.
Islam vs Sains
Awal tahun 1960an Hossen Nasr intelektual muslim yang tinggal di Amerika memperkenalkan wacana sains Islam dan terus berkembang sampai saat ini. Di Barat, wacana sains Islam berkembang sejalan dengan wacana pergulatan antara agama dan sains. Ian Barbour doktor di bidang teologi dan fisika melakukan analisa dan mendapatkan empat pola hubungan antara gama dan sains. Keempat hubungan tersebut adalah konflik, independensi, dialog dan integrasi antara agama dan sains.
Nasr juga Ismail al-Faruqi, Naquib al-Attas, dan Ziaudin Sardar serta Osman Bakar memandang bahwa ketegangan antara agama khususnya Islam dan sains modern merupakan keniscayaan. Sebabnya, sejak diambil alih Eropa dari pangkuan Islam, sains dikembangkan secara reduksionis dan mengesampingkan transendensi metafisisnya. Karenanya, upaya mengembalikan sains dalam bingkai ilahiah merupakan tugas besar ilmuwan muslim saat ini dan mendatang.
International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Virginia Amerika dan cabang terkemukanya di Kuala Lumpur adalah lembaga bagi realisasi upaya tersebut. Salah satu program IIIT adalah memberi beasiswa mahasiswa pascasarjana bidang sains Islam di International Institute of Islamic Thought and Civilizations (ISTAC) di International Islamic University Malaysia (IIUM) Kuala Lumpur. ISTAC sendiri awalnya adalah lembaga independen yang didirikan awal 1980an oleh Naquib al-Attas bagi upaya unifikasi Islam dan sains, yang kemudian digabung menjadi program pascasarjana pemikiran Islam IIUM.  
Di Indonesia, gerakan ini mulai dilakukan dengan menata ulang IAIN menjadi UIN dan memasukkan fakultas sains dan teknologi di dalam UIN. Dua UIN paling aktif dalam upaya integrasi Islam dan sains adalah UIN Malang dan Yogjakarta. Beberapa cendekiawan secara independen juga terlibat dalam diskursus ini.
Pesantren Baru
 Sejak buku Ayat-Ayat Semesta (AAS) tahun 2008 penulis terlibat aktif sosialisasi wacana interaksi antara Islam dan sains dari kampus ke kampus, pesantren dan majelis-majelis ta’lim. Setelah empat tahun sosialisasi muncul gagasan trensains, pesantren sains, institusionalisasi AAS atau pun sains Islam.
Trensains mempunyai profil lulusan: i) lancar berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan ii) bahasa Arab, iii) jago IPA dan matematika serta iv) paham diskursus pergulatan Islam dan sains. Transains berorientasi melahirkan ilmuwan, insinyur dan dokter yang basis al-Quran dan filsafat yang kokoh. Moto trensains, Generasi Pecinta al-Quran dan Sains.
Kemampuan bahasa Inggris dan Arab merupakan ciri umum pesantren modern. Karena orientasi alumni adalah studi lanjut baik di dalam maupun luar negeri maka diupayakan ketika lulus telah mempunyai skor TOEFL. Pemenuhan profil jago IPA dan matematika selain diterapkan dalam proses selama pendidikan juga diterapkan sejak saringan calon santri. Singkat kata, para calon santri harus mempunyai nalar matematika dan IPA yang kuat. Sampai di sini, trensains masih sama dengan pesantren modern yang telah ada.
Profil keempat paham wacana interaksi agama khususnya Islam dan sains menandai sekaligus membedakan trensains dari pesantren yang telah ada selama ini. Di pesantren modern biasa materi al-Islam, dan sains (biologi, fisika, kimia) juga diberikan tetapi tanpa dibahas hubungan dinamis keduanya. Materi untuk pemahaman topik ini adalah al-Quran dan hadits, logika, filsafat, sains, agama dan sains.
 Materi al-Quran diurai dalam seluk-beluk, pengantar tafsir, tafsir ilmiy, tafsir bil ilmiy dan eksplorasi pada ayat-ayat kauniyah. Materi hadits juga demikian, pengantar studi hadits, jenis dan fungsi hadits, serta eksplorasi hadits-hadits terkait alam dan fenomenanya. Hafalan al-Quran dan hadits dipilihkan bagian kauniyah dan yang terkait.
Materi logika dijabarkan dalam pengantar, jenis dan asas pemikiran. Sedangkan materi filsafat dijabarkan dalam pengertian, sifat dan fungsi serta sejarah kelahiran filsafat, filsafat Islam dan filsafat Barat modern. Kelahiran filsafat untuk memberi pemahaman mengenai proses penalaran sederhana dan terbentuknya teori-teori primitip. Filsafat Barat modern untuk memahami sifat dasar ilmu pengetahuan saat ini.  
Materi sains djabarkan dalam pengertian, sifat, topik tertentu dan sejarah sains sejak jaman Mesir kuno sampai sekarang. Riwayat singkat tokoh filsafat ilmu dan ilmuwan diberikan. Bidang sains yang erat dengan wacana islamisasi sains hanya ada dua yaitu astronomi, biologi dan fisika. Topik di biologi yang harus diberikan adalah asal-usul kehidupan, teori evolusi dan genetika. Sedangkan topik di fisika dan astronomi adalah teori atom, jagat raya dan kelahirannya. Teori relativitas dan kuantum diberikan dalam bentuk semi populer.
Buku The Bible, The Qur’an and Science karya Maurice Bucaille Perancis dan al-‘Ijaz al-‘Ilmiy fi as-Sunnah an-Nabawiyah karya Zaghlu an-Najar Mesir dapat dijadikan sebagai rujukan utama bagi tema kaitan antara al-Quran-Hadits dan sains. The Origin of Species karya Charles Darwin, The First Three Minutes karya Steven Weinberg, Brief History of Time dan The Grand Designer karya Stephen Hawking dapat dijadikan pegangan topik sains. Masih banyak lagi buku asing maupun yang ditulis oleh penulis dalam negeri yang dapat diperoleh di toko-toko buku. Materi-materi di depan tentu harus disesuaikan dengan tingkatan trensains, apakah tingkat SMA atau mahasiswa.
Untuk tahap awal, trensains akan direalisasi di Kesamben Mojoagung Jombang dan pesantren darul Ihsan Sragen. Trensains di Jombang bekerjasama dengan KH Shalahudin Wahid. Program dimulai dari awal, telah tersedia tanah sepuluh hektar dan proses pembangunan gedung dimulai September 2012 dan diupayakan telah menerima santri tahun ajaran 2012/2013. Trensains Darul Ihsan Sragen dilakukan dengan memodifikasi pesantren yang telah berjalan. Kedua trensains ini setingkat SMA. Muhammadiyah sangat mungkin untuk merealisasi trensains, baik level SMA maupun universitas.




*) Penulis, Anggota MTT PP 2010-2015, Pengajar Pascasarjana Fisika ITS, Visiting Fellow ISTAC-IIUM. Penulis buku BestSeller Ayat-Ayat Semesta

Tidak ada komentar: