(
Menyongsong
Musyawarah Ittihadul Ma’ahid al-Muhammadiyah 14-16 September 2012 di Kaliurang)
Agus
Purwanto*)
Suara
Muhammadiyah, no 18, tahun ke-97, September 2012
Butir amanat muktamar Muhammadiyah ke-45 (2005)
di bidang pendidikan, iptek dan litbang menyebutkan:”Membangun kekuatan
Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan
Islam sehingga menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat nasional
atau regional”. (Tanfidz KeputusanMuktamar Muhamadiyah ke-45 di Malang, 2005:61).
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang
dikenal dengan trademark pendidikan. Ribuan sekolah sejak PAUD sampai
dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah berdiri dari Sabang sampai Merauke. Bukan
hanya itu, di setiap kota yang ada sekolah Muhammadiyahnya hampir selalu ada
lembaga pendidikan Muhammadiyah yang menjadi terbaik atau favorit. Muhammadiyah
pun terus berupaya meningkatkan kualitas terlebih di tengah perubahan yang
sangat cepat.
Muhammadiyah dan Pesantren
Amanat muktamar di depan adalah wujud dari sikap
antisipatif Muhammadiyah terhadap dinamika perubahan masyarakat. Bagaimanapun
kemajuan modernitas bagai mata uang dengan dua sisi, yakni sisi kemajuan
material dan sisi degradasi moral. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
sedemikian pesat, tetapi pada saat yang sama liberalnya pergaulan membuat para
orang tua mencemaskan keadaan putra-putrinya. Di tengah situasi seperti ini
sekolah berasrama (boarding school) mulai dilirik masyarakat.
Pondok pesantren atau pesantren saja adalah
lembaga pendidikan berasrama yang khas Indonesia dan mengkhususkan diri pada
kajian Islam. Pesantren telah ada di Indonesia sejak ratusan tahun lalu
sehingga lembaga pendidikan berasrama bukanlah hal baru. Motivasi awal
kehadiran pesantren adalah kaderisasi ulama syariah. Memang, para ulama
terkemuka di Indonesia lahir dari dunia pesantren.
Mengingat motivasi dan peran tersebut maka Muhammadiyah
sebagai gerakan Islam meniscayakan kehadiran pesantren. Muallimin-muallimat
Yogjakarta adalah pesantren andalan Muhammadiyah bagi kaderisasi ulama tersebut.
Saat ini, sekretaris Itmam (Ittihadul Ma’ahid al-Muhammadiyah, Persatuan Pondok
Pesantren Muhammadiyah) mencatat terdapat 102 pesantren Muhammadiyah di seluruh
Indonesia.
Muhammadiyah makin merasakan urgensi kehadiran
pesantren sebagai lembaga kaderisasi ulama maupun sebagai tuntutan masyarakat.
Meskipun demikian, tidak mudah bagi Muhammadiyah untuk mendirikan pesantren
karena ciri khas dari pesantren yang berbeda dari lembaga pendidikan umum yang
banyak didirikan oleh Muhammadiyah. Pertanyaannya, pesantren model apa yang
khas dan dapat direalisasi Muhammadiyah.
Tahun 2009 pondok modern Muhammadiyah yakni
Muhammadiyah Boarding School (MBS) berdiri di Klaten. Misi utama MBS adalah
mempersiapkan para santri untuk mendalami ilmu syariah di timur tengah. Singkat
kata, MBS membidani lahirnya ulama syariah. Meskipun demikian, MBS juga memberi
jalan bagi para santri yang ingin melanjutkan studi pada bidang umum seperti
kedokteran.
Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo dan pesantren
Darul Ihsan Sragen juga berstatus pesantren modern tetapi berbeda dari MBS pada
penekanan muatan ajar. Dua pesantren terakhir menekankan pada materi sekolah
umum khususnya IPA dan masih terlibat dalam event olimpiade berbagai bidang
ilmu. Tipe pesantren modern seperti MBS, Imam Syuhodo dan Darul Ihsan cuku
banyak di masyarakat dan bukan t khas Muhammadiyah. Saat ini, ada tipe
pesantren yang sedang ngetren tapi belum banyak di Muhammadiyah yaitu pesantren
penghafal al-Quran.
Islam vs Sains
Awal tahun 1960an Hossen Nasr intelektual muslim
yang tinggal di Amerika memperkenalkan wacana sains Islam dan terus berkembang
sampai saat ini. Di Barat, wacana sains Islam berkembang sejalan dengan wacana
pergulatan antara agama dan sains. Ian Barbour doktor di bidang teologi dan
fisika melakukan analisa dan mendapatkan empat pola hubungan antara gama dan
sains. Keempat hubungan tersebut adalah konflik, independensi, dialog dan
integrasi antara agama dan sains.
Nasr juga Ismail al-Faruqi, Naquib al-Attas, dan
Ziaudin Sardar serta Osman Bakar memandang bahwa ketegangan antara agama
khususnya Islam dan sains modern merupakan keniscayaan. Sebabnya, sejak diambil
alih Eropa dari pangkuan Islam, sains dikembangkan secara reduksionis dan
mengesampingkan transendensi metafisisnya. Karenanya, upaya mengembalikan sains
dalam bingkai ilahiah merupakan tugas besar ilmuwan muslim saat ini dan
mendatang.
International Institute of Islamic Thought
(IIIT) di Virginia Amerika dan cabang terkemukanya di Kuala Lumpur adalah
lembaga bagi realisasi upaya tersebut. Salah satu program IIIT adalah memberi
beasiswa mahasiswa pascasarjana bidang sains Islam di International Institute
of Islamic Thought and Civilizations (ISTAC) di International Islamic
University Malaysia (IIUM) Kuala Lumpur. ISTAC sendiri awalnya adalah lembaga independen
yang didirikan awal 1980an oleh Naquib al-Attas bagi upaya unifikasi Islam dan
sains, yang kemudian digabung menjadi program pascasarjana pemikiran Islam
IIUM.
Di Indonesia, gerakan ini mulai dilakukan dengan
menata ulang IAIN menjadi UIN dan memasukkan fakultas sains dan teknologi di
dalam UIN. Dua UIN paling aktif dalam upaya integrasi Islam dan sains adalah
UIN Malang dan Yogjakarta. Beberapa cendekiawan secara independen juga terlibat
dalam diskursus ini.
Pesantren Baru
Sejak
buku Ayat-Ayat Semesta (AAS) tahun 2008 penulis terlibat aktif sosialisasi
wacana interaksi antara Islam dan sains dari kampus ke kampus, pesantren dan
majelis-majelis ta’lim. Setelah empat tahun sosialisasi muncul gagasan
trensains, pesantren sains, institusionalisasi AAS atau pun sains Islam.
Trensains mempunyai profil lulusan: i) lancar
berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan ii) bahasa Arab, iii) jago IPA dan
matematika serta iv) paham diskursus pergulatan Islam dan sains. Transains
berorientasi melahirkan ilmuwan, insinyur dan dokter yang basis al-Quran dan
filsafat yang kokoh. Moto trensains, Generasi Pecinta al-Quran dan Sains.
Kemampuan bahasa Inggris dan Arab merupakan ciri
umum pesantren modern. Karena orientasi alumni adalah studi lanjut baik di
dalam maupun luar negeri maka diupayakan ketika lulus telah mempunyai skor
TOEFL. Pemenuhan profil jago IPA dan matematika selain diterapkan dalam proses
selama pendidikan juga diterapkan sejak saringan calon santri. Singkat kata,
para calon santri harus mempunyai nalar matematika dan IPA yang kuat. Sampai di
sini, trensains masih sama dengan pesantren modern yang telah ada.
Profil keempat paham wacana interaksi agama
khususnya Islam dan sains menandai sekaligus membedakan trensains dari
pesantren yang telah ada selama ini. Di pesantren modern biasa materi al-Islam,
dan sains (biologi, fisika, kimia) juga diberikan tetapi tanpa dibahas hubungan
dinamis keduanya. Materi untuk pemahaman topik ini adalah al-Quran dan hadits, logika,
filsafat, sains, agama dan sains.
Materi
al-Quran diurai dalam seluk-beluk, pengantar tafsir, tafsir ilmiy, tafsir bil
ilmiy dan eksplorasi pada ayat-ayat kauniyah. Materi hadits juga demikian,
pengantar studi hadits, jenis dan fungsi hadits, serta eksplorasi hadits-hadits
terkait alam dan fenomenanya. Hafalan al-Quran dan hadits dipilihkan bagian
kauniyah dan yang terkait.
Materi logika dijabarkan dalam pengantar, jenis
dan asas pemikiran. Sedangkan materi filsafat dijabarkan dalam pengertian,
sifat dan fungsi serta sejarah kelahiran filsafat, filsafat Islam dan filsafat
Barat modern. Kelahiran filsafat untuk memberi pemahaman mengenai proses penalaran
sederhana dan terbentuknya teori-teori primitip. Filsafat Barat modern untuk
memahami sifat dasar ilmu pengetahuan saat ini.
Materi sains djabarkan dalam pengertian, sifat,
topik tertentu dan sejarah sains sejak jaman Mesir kuno sampai sekarang. Riwayat
singkat tokoh filsafat ilmu dan ilmuwan diberikan. Bidang sains yang erat
dengan wacana islamisasi sains hanya ada dua yaitu astronomi, biologi dan
fisika. Topik di biologi yang harus diberikan adalah asal-usul kehidupan, teori
evolusi dan genetika. Sedangkan topik di fisika dan astronomi adalah teori
atom, jagat raya dan kelahirannya. Teori relativitas dan kuantum diberikan
dalam bentuk semi populer.
Buku The Bible, The Qur’an and Science karya
Maurice Bucaille Perancis dan al-‘Ijaz al-‘Ilmiy fi as-Sunnah an-Nabawiyah
karya Zaghlu an-Najar Mesir dapat dijadikan sebagai rujukan utama bagi tema
kaitan antara al-Quran-Hadits dan sains. The Origin of Species karya Charles
Darwin, The First Three Minutes karya Steven Weinberg, Brief History of Time
dan The Grand Designer karya Stephen Hawking dapat dijadikan pegangan topik
sains. Masih banyak lagi buku asing maupun yang ditulis oleh penulis dalam
negeri yang dapat diperoleh di toko-toko buku. Materi-materi di depan tentu
harus disesuaikan dengan tingkatan trensains, apakah tingkat SMA atau
mahasiswa.
Untuk tahap awal, trensains akan direalisasi di
Kesamben Mojoagung Jombang dan pesantren darul Ihsan Sragen. Trensains di
Jombang bekerjasama dengan KH Shalahudin Wahid. Program dimulai dari awal,
telah tersedia tanah sepuluh hektar dan proses pembangunan gedung dimulai
September 2012 dan diupayakan telah menerima santri tahun ajaran 2012/2013. Trensains
Darul Ihsan Sragen dilakukan dengan memodifikasi pesantren yang telah berjalan.
Kedua trensains ini setingkat SMA. Muhammadiyah sangat mungkin untuk
merealisasi trensains, baik level SMA maupun universitas.
*) Penulis, Anggota MTT PP 2010-2015, Pengajar
Pascasarjana Fisika ITS, Visiting Fellow ISTAC-IIUM. Penulis buku BestSeller
Ayat-Ayat Semesta